Senin, 05 Desember 2011

Give ‘n Forgive

Share on :


“Urip iku nompo” (hidup adalah menerima)


Keheningan pagi ikut masuk ke ruang tamu sudah.

“Nak…,” lanjut Pakde G (baca: “jhi”).
Sosok petualang kehidupan, pengendara sepeda kebo, lengkap dengan caping khas bermotif spiral. Jenggot serta kerut di sekitar matanya terlihat seperti rangkuman garis umur pada batang pohon yang telah hidup puluhan tahun.

Boleh dikatakan sang pengembara peradaban, perekam segala perubahan masyarakat, collector berbagai tanaman juga tak luput. Sampai-sampai rumahnya penuh dengan berbagai pohon, persis seperti hutan lindung. Pas banget dengan kata “Adventure”.

Sambil meletakkan selembar kertas berisi berita kematian,
beliau memulai ceritanya.
“Saat saudara aku ini muda, berbeda sekali dengan kondisi rentanya. Sepasang suami istri dengan gejolak jiwa dan emosional yang meluap-luap.
Aku ingat saat sang wanita marah-marah kepada suaminya. Pengambilan kata-kata yang tajam, menyayat hati serta memanaskan telinga yang mendengarnya. Setiap kali marah selalu saja menarik perhatian para tetangga.
Tampaknya hari itu menjadi pemutus kebiasaan yang telah berjalan bertahun-tahun.”

Benar juga, lelaki manapun jika di umpat terus-menerus dan didengar oleh banyak orang, pastilah akan kehabisan kesabaran.
Hingga suatu ketika...
Sebuah hantaman terbuat dari tangan mendarat tepat di wajah sang Istri.

Singkat cerita,...
puluhan tahun berlalu sudah semenjak saat itu.
Kini mereka telah menjadi kakek nenek yang saling menyayangi, sang kakek yang hanya bisa duduk di kursi roda mengandalkan seluruh aktivitasnya pada sang nenek tersayang. Bahkan setiap makan pun harus disuapi.
Setiap kali makan, secara rutin sang nenek menyuapinya dengan sabar.

Namun dalam setiap suapan, sang kakek tak mendapati makanan di mulut, senantiasa hidungnya menjadi penerima awal. Sang Kakek hanya bisa diam menerima hal tersebut, mau bagaimana lagi.
Nenek yang tak lain adalah istrinya telah kehilangan keseimbangan atas penglihatannya sejak gigi-gigi atasnya hilang. Saraf matanya terkena sudah akibat pukulan orang yang dicintainya saat muda dahulu.

Kini mereka berdua menjadi pasangan yang sangat berbeda.

Sang wanita hanya bisa menerima atas apa yang menimpa pada saraf matanya, harus bersusah-susah menangani segala sesuatu selama puluhan tahun. Ia tahu, dan memang harus menjalaninya, mungkin sebagai bayaran karena tidak bisa melihat kebaikan-kebaikan suaminya saat muda dahulu

Sang lelaki hanya bisa menerima setiap suapan dengan hidung, ia harus menderita dan bersabar atas pelayanan yang ia dapat. Ia sadar, boleh jadi inilah imbalan atas ketidak sabaran dan ketidakmauannya tuk bertutur bijak terhadap Istri di waktu masih memiliki tubuh dan jiwa yang kuat.

“Nak Imus…,engkau sekarang masih muda, sadarkah kamu bahwa segala sesuatu yang hadir adalah pemberian.
Kita hanya bisa menerimanya,” simpul Pakde G.

“give & for_give”


:: ::



Baik besar maupun kecil, sengaja maupun tidak, lalai maupun direncana, bahkan diselesaikan ato ditinggal lari. Nampak jelas kita musti membayarnya, di dunia… terlebih lagi diakhirat. Boleh jadi kita musti bayar harian, ato mingguan, bulan, tahun, lima tahunan… bahkan (jangan sampai) kita harus bayar itu di waktu sekali seumur hidup, saat sakaratul maut. Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepadanya. Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga akan kembali kepada dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat.


وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

"Dan barang siapa yang melakukan amal kejelekan sebesar biji dzarroh,
niscaya ia akan melihatnya."

(QS. Al-Zalzalah:7-8)

”Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka ia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”.
(QS. Al Mukmin : 40)

Ketahuilah, siapa saja yang tidak bisa menghindarkan bahaya yang menimpa dirinya, maka ia pasti tidak akan pernah bisa menghindarkan bahaya yang menimpa orang lain. Dan ketahuilah bahwa seseorang, siapapun ia, tidak akan pernah bisa mengangkat atau menyingkirkan sesuatu yang diletakkan oleh Allah, tanpa izin Allah. Dan seseorang, siapapun ia, tidak akan pernah bisa memberikan kesembuhan, kecuali atas ijin Allah.


الله أعلم

Allah knows best~

Kapan yaaa terakhir kita merasakan hal ini…?


Nice^

2 komentar: